aikol jomol emorya jorkal jore
Papua merupakan suatu negara yang terletak di samudra pasifik
Senin, 06 Februari 2012
Rabu, 01 Februari 2012
Selasa, 20 Desember 2011
Kamis, 14 Juli 2011
Senin, 07 Februari 2011
In Peace Tuan Jenderal,
“Dia (Kelly) memperjuangkan kemiskinan di tengah hutan bersama dinginnya udara, bukan di hotel-hotel berbintang.”
Mgr. John Philip Sakli Pr, Uskup Keuskupan Timika
Keletus Kelly Kulalok Kwalik, rakyat Papua memanggilnya Tuan Jenderal Kelly Kwalik, terbujur dalam peti mati setelah tubuhnya tertembus peluru dari senjata anggota pasukan gabungan TNI dan Kepolisian Indonesia. Pada Selasa siang (22/12), tujuh hari setelah tertembak, ratusan warga Papua mengantarkannya ke pemakaman terakhir di Timika Indah dengan duka mendalam.
Siapa sebenarnya Tuan Jenderal Kelly Kwalik? Mengapa ia sangat dihormati oleh rakyat Papua? Bagaimana masa depan Papua pasca kematian Tuan Jendral? Bagaimana nilai-nilai perjuangan seorang Jenderal Kelly Kwalik memberikan inspirasi perjuangan Papua selanjutnya? Inilah sosok Tuan Jenderal dari masa perjuangan hingga akhir hidupnya.
Tuan Jendral lahir di Lembah Jila, Timika, pada 1955. Tanggal dan bulan kelahirannya tak diketahui karena tidak ada yang mencatatnya waktu itu. Berasal dari Suku Amungme, sebuah suku yang hidup di pegunungan, daerah operasi penambangan emas dan tembaga PT Freeport. Karena itulah, ia mengetahui dan menjadi saksi peristiwa demi peristiwa kekerasan dan ketidakadilan selama PT Freeport berdiri.
Sejak kecil, Tuan Jendral hidup seperti anak-anak Papua lainnya. Menyelesaikan Sekolah Dasar di distrik Agimuka, melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kokonau. Di SMP itu tak selesai. Kemudian, tahun 1973 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Guru Bawah (SGB), sekarang dikenal SPG/SMU (Sekolah Pendidikan Guru/Menengah Umum) Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Katolik Taruna Bakti Wamena Jayapura. SGB selesai tahun 1974. Awal Januari 1975, kembali ke distrik Agimuka, dan tak melanjutkan ke Sekolah Guru Atas (SGA). Di sana hidup menjadi seorang guru selama setahun.
Bulan Desember 1976, ia bergabung ke Markas Besar Victoria Waris Kabupaten Keerom, Kabinet Pemerintahan Revolusioner 1 Juli 1971 di bawah kepemimpinan Zet Rumkorem dan Jacob Pray. Sejak itu, ia hidup dan berjuang di hutan belantara selama puluhan tahun. Ia pernah berjalan kaki lebih dari lima bulan bersama pasukannya, melalui rute Wamena, Ilaga dan sampailah ke tanah Amungsa Timika, Markas Besar Victoria Waris untuk dilantik dan dikukuhkan sebagai Wakil Panglima KODAP (Komandan Daerah Perang) III (1975-1979) bersama Bonifasius Niwilinggame Panglima KODAP III Nemangki Timika bersama panglima dari tujuh KODAP lainnya. Ia kemudian menjabat Panglima KODAP III dari tahun 1980 sampai 2007 dan terakhir menjadi Panglima Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat/ Organisasi Papua Merdeka (TPN-PB/OPM).
Pada 1977, militer Indonesia melakukan operasi besar di Distrik Agimuka sampai pedalaman suku Amungme. Di tahun yang sama, militer Indonesia juga melakukan operasi ke Kabupaten Jayawijaya dan daerah-daerah di Pegunungan Tengah. Sejak itu, perjuangannya semakin keras karena menyaksikan warga Papua yang banyak menjadi korban dari operasi militer dan banyak warga yang lari dan tinggal di hutan karena terancam hidupnya kemudian mati disebabkan oleh kurangnya makanan dan obat-obatan.
Dalam situasi itu, ia tak bisa diam. Ia protes dan memimpin aksi perlawanan terbuka kepada Militer Indonesia dan PT Freeport, yaitu melakukan aksi pemotongan pipa aliran tembaga yang mengalir dari Gresbert Tembagapura ke pelabuhan Port Sait. Ia pun dengan berani melayangkan surat resmi ke pimpinan militer Indonesia, yang isinya mengajukan lokasi dan waktu perang untuk menghindari korban terhadap warga sipil. Namun, surat itu ditolak dan korban pun berjatuhan.
Nama Jendral Kelly Kwalik mencuat ke tingkat nasional dan internasional setelah menyandera Tim Ekspedisi Lorentz ‘95 di Mapnduma pada tahun 1996. Tim Ekspedisi Lorentz ‘95 adalah para peneliti dari Biological Science Club Universitas nasional Jakarta dan Emmanuel College, Cambridge University, Inggris. Mereka disandera selama sekitar enam bulan di hutan agar dunia mengakui kemerdekaan Papua Barat.
Sosok Jenderal Kelly Kwalik pun kemudian dikenal melalui kesaksian seorang peneliti yang dibebaskan, dalam sebuah buku Sandera: 130 hari terperangkap di Mapnduma (Pustaka Sinar Harapan, 1997). Kepada penulis Ray Rizal dan Nina Pane, Adinda Arimbi Saraswati menuturkan kesaksiannya hidup dan tinggal di camp persembunyian Jendral Kelly Kwalik dan para anggota TPN-PB/OPM. Penuturan Arimbi, mengungkap sosok Kelly Kwalik dengan karakter dan keunikan personal. Tak hanya terkesan sosok menakutkan, tapi Jendral yang penuh wibawa dan kadang tertutur kekocakan para peneliti terhadap pribadinya.
Setelah penyanderaan selesai, Jenderal Kelly Kwalik menjadi target operasi militer Indonesia. Bahkan, dianggap sebagai aktor utama sejumlah peristiwa penembakan dan kekerasan yang terjadi di Papua, terutama di wilayah PT Freeport, Timika. Seperti penembakan dua guru warga negara Amerika di Mile 62-63 pada 2002, dirinya dituduh sebagai aktor dibalik peristiwa itu, namun ia menolak tuduhan dan menyatakan tidak bertanggung jawab atas insiden penembakan tersebut.
Kemudian Juli 2009, sosoknya menjadi kontroversial pada peristiwa penembakan warga Australia dan beberapa orang sipil di areal konsensi PT. Freeport. Irjen FX Bagus Ekodanto, Kapolda Papua waktu itu, bertemu dengan Jenderal Kelly Kwalik dan hasil pertemuan itu diungkapkan bahwa Jendral Kelly Kwalik bukan pelakunya. Namun saat seminar yang diadakan oleh Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), Pangdam XII Cendrawasih pada saat menyampaikan materi seminar mengatakan Jendral Kelly Kwalik yang menjadi pelaku penembakan itu. Dan penembakan di bulan Oktober 2009 terjadi untuk terakhir kali tahun ini di wilayah tambang PT Freeport.
Rabu, 16 Desember 2009, jam 03.00 waktu Papua, Jenderal Kelly Kwalik tewas tertembus sekitar empat peluru oleh Tim Densus 88. Di saat itu, Jenderal Kelly Kwalik dalam kondisi yang lemah. Dalam beberapa bulan terakhir, Jenderal Kelly Kwalik sebenarnya sedang menjalani proses pengobatan. Ketika ia disergap, ia berada di sebuah rumah warga dan ditemani beberapa orang warga sipil, yang diantaranya terdapat kerabatnya, yaitu Tilda Solin yang sedang hamil dan suaminya Yohanis Kibak, Steve Mom, Jack Mom, dan Marhen Kwalik.
Pertemuan menjelang hari raya Natal itu adalah saat terakhir bagi Jenderal Kelly Kwalik. Kematiannya telah menggoreskan luka mendalam bagi rakyat Papua. Lonceng kebahagiaan Natal kali ini menjadi lonceng kematian seorang pemimpin besar dan terhormat yang dikenal sangat humanis dan berani memperjuangkan keadilan di tanah Papua. Uskup Keuskupan Timika, Jayapura, Mgr. Philip Saklil Pr di depan jenazah mendaraskan doa dan kesaksiannya, “Dia (Kelly) memperjuangkan kemiskinan di tengah hutan bersama dinginnya udara, bukan di hotel-hotel berbintang” (Koran Tempo, 22 Desember 2009). Menurut Uskup Philip Saklil, selama 30 tahun lebih Kelly tetap konsisten memperjuangkan komitmennya melawan ketidakadilan dan perampasan hak-hak warga Papua.
Bagi rakyat Papua, kematian Tuan Jenderal itu mengukir kembali memoria passionis (ingatan penderitaan) bagi bangsa Papua. Semasa di dalam perjuangan, Jenderal Kelly Kwalik mengungkapkan sebuah doa kepada seorang pemuda aktivis Papua yang sangat dekat dengannya. Doa ini juga untuk mengantarkan ke alam keabadian dengan tenang dan damai. Seorang aktivis Papua itu menuliskan ungkapan doa Jenderal Kelly Kwalik tersebut demikian:
Selama 34 tahun ku bertahan di hutan belantara, ku daki bukit-gunung; ku lalui lembah, rawa; ku menyeberang kali, danau, sungai dan laut, ku tahan terik panas walaupun membakar kulit, ku tahan dingin dan bekunya tubuhku karena salju abadi warisan leluhurku hanya karena satu tekat, yakni demi tegaknya keadilan, kebenaran, kasih dan perdamaian di atas tanah leluhurku.
Kini aku berseru dan berdoa sebelum kelak aku menghembuskan nafasku “Tuhanku bawalah pergi semua emas, tembaga, minyak, gas, ikan, semua tumbuhan dan hewan yang membuat pulau ini menjadi kaya. Dan berilah kami kembali hak KEMERDEKAAN itu. Orang-orang ini mereka butuh semua yang Engkau taruh di tanah ini; tetapi semua barang ini bukanlah yang pernah, sedang atau akan minta padaMu. Bawa pergi semuanya dari tanah ini ke negeri mereka masing-masing dan berilah kami apa yang kami mintakan dari kemarin, sekarang, sampai besok juga kalau perlu.
Semoga doa ini didengar oleh bangsa dan pemerintah Indonesia, untuk kehidupan yang damai dan tenang di tanah Papua. Selamat jalan pejuang keadilan. Selamat jalan Tuan Jenderal. Tinggallah dalam Damai, Rest in Peace! (*)
*) Artikel ini semula untuk sebuah suratkabar, namun tak kunjung diturunkan karena keterbatasan kolom menjelang akhir tahun 2009, kolomnya dipakai untuk catatan akhir tahun. Artikel ini untuk mengenang perjuangan Kelly Kwalik, dan bisa dibaca di
Rabu, 06 Oktober 2010
PEMBUNUHAN JENDRAL JHON KELLY KWALIK
INILAH PERMAIN POLITIK LIBRALISME INDONESIA POLISI 100 PERSEN KELLY KWALIK
SENIN,21 DESEMBER:09.57
DI
KUTIP OLEH
J.ROBBYE AMOKWME
24 DESEMBER 20010.:09.57
Meski hari libur, Kapolri tetap ke Mabes untuk memantau persiapan Polri dalam mengamankan perayaan
Menurut Kapolri, keluarga menolak melakukan tes DNA lantaran berbenturan dengan adat istiadat. “Makanya kita mendekati saksi-saksi. Dan dibantu dengan gambar CD, video yang ada. Karena itu (data) menjadi kualitatif,” katanya. Kapolri mengucapkan selamat pada tim yang berhasil melakukan operasi. Penangkapan Kelly Kwalik penting untuk stabilitas keamanan di Papua. Kelly yang menjadi buron selama lebih 10 tahun diduga sebagai dalang sejumlah kasus penembakan misterius yang terjadi di kawasan Papua. “Keberadaan Kelly Kwalik di wilayah tengah, artinya (penangkapan) ini sangat penting,” katanya.
Penyergapan bernama sandi 'Operasi Kencana Lestari' berlangsung intensif sejak Oktober 2009. Penyergapan dilakukan tim khusus di bawah koordinasi Deputi Operasi Kapolri yang terdiri dari Brimob Polri, Detasemen Khusus 88 Antiteror, Badan Intelijen Keamanan Polri, dan jajaran Polda Papua. Tim itu dibentuk setelah penembakan misterius terjadi berturut-turut pada Juli-November 2009. Meski sulit melakukan uji DNA, polisi yakin 100 persen jenazah itu adalah Kelly Kwalik. Kini, jenazah Kelly Kwalik telah diterbangkan ke Timika melalui Bandara Sentani. Jenazah akan dikembalikan ke pihak keluarga. Terkait ancaman balas dendam dari pendukung Kelly, Kapolri yakin itu tak akan terjadi. “Insya Allah masyarakat tidak melakukan balas dendam dan ada tindakan hukum yang diambil. Harus dipahami oleh semua pihak, karena kita melakukan operasi karena adanya tindakan kekerasan di sana,” kata mantan Kabareskrim itu. Sementara itu, Kapolda Papua Irjen Pol. Drs. Bekto Suprapto MSi yang baru datang dari Timika Jumat (18/12) pagi, langsung menuju ke RS Bhayangkara. Jenazah Kelly Kwalik yang sehari sebelumnya telah dilakukan identifikasi oleh Tim Pusident, ahli DNA dan forensic dan DVI (Disasster Victim Identification) dibawah ketuanya, dr Agung telah selesai dilakukan.
Kapolda Papua kepada wartawan mengakui telah melakukan tes DNA, namun terbentur pada pembandingnya. Dimana identifikasi secara ilmiah terhadap jenazah Kelly Kwalik tersebut dilakukan melalui 3 cara, yakni dengan pemeriksaan sidik jari, tes atau pemeriksaan susunan gigi atau odontology dan tes DNA. Masalahnya ini adalah masalah adat. Anaknya tidak ada yang berani keluar. Ini yang harus dipahami. Tidak berani keluar bukan berarti takut sama polisi, bukan takut sama pemerintah dan takut akibat hukum, tetapi kemungkinan takut karena adat," jelasnya.
Meski demikian, Mantan Kadensus 88 Anti Teror ini mengatakan identifikasi sementara secara ilmiah belum bisa dilakukan, tetapi ada identifikasi lain diantaranya yang dilakukan oleh kerabat-kerabat dekat, teman-teman dekat. "Nanti akan diidentifikasi, yang kenal misalnya dari sejak kecil, Uskup Timika Jhon Saklil, Bupati dan Ketua DPRD dan tua-tua adat di
"Waktu itu, polisi memberi beberapa alternatif untuk menyerah. Saya polisi silahkan menyerahkan diri. Akan tetapi, Kelly Kwalik dengan prinsipnya itu tidak memberi alternatif lain, dan tetap saja mau menembak, jika polisi 1 detik saja terlambat bertindak, maka polisi akan menjadi korban sehingga polisi berusaha melumpuhkan dengan menembak kaki dan tangannya," ungkap Bekto.
Kapolda kembali menegaskan bahwa proses penangkapan hingga penembakan terhadap Kelly Kwalik tersebut, sudah sesuai prosedur Hak Asasi Manusia (HAM) se dunia. "Itu sudah sesuai prosedur Hak Asasi Manusia (HAM) dunia, tapi namanya
PENGAWAL KELLYK KWALIK JADI TERSANGKA Sementara itu, Kapolda Papua saat ditanya soal 5 orang yang sempat diamankan saat upaya penangkapan yang dilakukan anggota Densus 88 Anti Teror di Mimika Baru itu? Kapolda mengatakan, sudah ada 1 orang yang ditetapkan sebagai tersangka. "Sudah ada tersangkanya. Harusnya dari hasil pemeriksaan yang bisa ditetapkan sebagai tersangka ada 2, yakni Jeep Murib dan Marthinus. Namun, Marthinus adalah keponakan langsung dari Kelly Kwalik sehingga KUHP melindungi dia, itu namanya keluarga semendak. Keponakan langsung jika menyembunyikan dilindungi oleh Undang-Undang. Sedangkan Jeep Murib ditetapkan tersangka karena di rumahnya tempat Kelly Kwalik tinggal dan bersembunyi selama 5 hari di situ ditemukan ada peluru," jelas Kapolda. Kapolda mengungkapkan bahwa Jeep Murib sudah 12 tahun ikut dengan Kelly Kwalik, sehingga ia merupakan pengikutnya yang setia dan dianggap sebagai anaknya sendiri. Sedangkan, 4 orang lainnya sudah dipulangkan Kamis (16/12) kemarin pagi. Jeep Murib ditetapkan tersangka dan akan diproses hukum lebih lanjut dengan dijerat dengan pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Darurat RI No 12 Tahun 1951, dengan ancaman cukup berat.
Kapolda mengungkapkan bahwa Kelly Kwalik menjadi DPO Polda Papua karena terlibat sejumlah kasus diantaranya diduga terlibat dalam penyanderaan Tim Peneliti Cartenz pada tahun 1996, diduga terlibat penembakan terhadap 2 warga Amerika Serikat di Mile 61-62 pada tahun 2002 dan diduga terlibat serangkaian penembakan di area PT Freeport Indonesia, dimana aksi itu diduga kuat atas perintah Kelly Kwalik. Ditanya apakah masih ada DPO lain, selain Kelly Kwalik? Kapolda mengakui masih ada, namun Kapolda tidak hafal berapa orang yang menjadi DPO tersebut. "
Penutupan jalan itu juga mengakibatkan puluhan calon penumpang pesawat, terpaksa berjalan kaki sejauh 100 meter menuju Terminal Bandara Mozes Kilangin Timika. Tak sedikit yang terpaksa memikul barang bawaannya. Begitu pula sebaliknya, penumpang yang baru turun pesawat, terpaksa berjalan kaki ke luar Terminal Bandara.
Massa menutup jalan masuk ke bandara, lantaran rencana mereka ke dalam terminal bandara untuk menjemput jenazah Kelly Kwalik yang dibawa kembali dari Jayapura, sempat dihalau polisi. Situasi sempat tegang saat ratusan warga memaksa masuk terminal bandara dengan menembus barikade personel Polres Mimika yang dilengkapi tameng dan tongkat. Aksi
Jadi kalau kita di analogi penyampaian polri itu bukannya membangun tanah papua tetapi yang di bangun adalah pelarangan HAM hak asasi manusia banyak pembunuhan,pemerkosaan,dan penyiksaan,.Dan kalau kami lihat kemabali lagi ideology pancasila atau uud 45 dia mengatakan bawah:A.Bahwa sesungguhnya penjajahan di dunia harus di hapus karena tidak sesusi dengan kemanusiaan dan keadilan bagi seluruh rakyat ini manusia yang adil dan beradab ini didasarai oleh lembaga kemanusiaan yang diadakan oleh manusia.B.ia mengatakan juga bawah setiap orang memiliki hak dan kewajib untuk mengeluarkan aspirasi,secara kelompok maupun individual,karena hak asasi manusia tidak bias di pisahkan dengan alas an apapun, Hak asasi manusia adalah suatu lembaga tertinggi yang di percayakan oleh rakyat,masyrakat,bangsa,Negara,